Arab Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. Abu Huraira dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, menceritakan Sabda Rasulullah SAW terkait akibat jika umat Islam mengkonsumsi makanan yang tidak halal. Salah satunya adalah doa yang tak dikabulkan.
Subhaanallah! Error! Sepertinya ada kesalahan di system atau link. Maaf! Maaf, Kami tidak menemukan apa yang antum cari. Tidak ditemukan! Silakan klik navigasi menu di atas, atau hubungi kami untuk menjelaskan apa yang antum cari. Contact Us © 2007 - 2023 RocketTheme, LLC
Makanlahdari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. Rasulullah SAW bersabda: "Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari (makanan) haram, neraka lebih pantas baginya." (HR. Tirmidzi).
MENCARI rezeki merupakan tuntutan kehidupan yang tak mungkin seseorang menghindar darinya. Seorang muslim tidak melihatnya sekadar sebagai tuntutan kehidupan. Namun ia mengetahui bahwa itu juga merupakan tuntutan agamanya, dalam rangka menaati perintah Allah untuk memberikan kecukupan dan ma’isyah kepada diri dan keluarganya, atau siapa saja yang berada di bawah tanggung jawabnya. Dari sinilah seorang muslim bertolak dalam mencari rezeki. Sehingga ia tidak sembarangan dan tanpa peduli dalam mencari rezeki. Tidak pula bersikap materialistis atau Yang penting kebutuhan tercukupi’, Yang penting perut kenyang’ tanpa peduli halal dan haram. Atau bahkan lebih parah dari itu ia katakan seperti kata sebagian orang, Yang haram saja susah, apalagi yang halal’. Sekali-kali tidak! Itu adalah ucapan orang yang tidak beriman. Bahkan yang halal insya Allah jauh lebih mudah untuk didapatkan daripada yang haram. Dengan demikian sebagai seorang muslim yang taat, ia akan memerhatikan rambu-rambu agamanya sehingga ia akan memilah antara yang halal dan yang haram. Ia tidak akan menyuapi dirinya, istri dan anak-anaknya kecuali dengan suapan yang halal. Terlebih di zaman seperti yang disifati oleh Nabi “Akan datang kepada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak peduli apa yang dia ambil, apakah dari hasil yang halal atau yang haram.” Shahih, HR. Al-Bukhari dan An-Nasa’i dari hadits Abu Hurairah z, Shahih At-Targhib no. 1722 Suapan yang haram tak lain kecuali akan menyebabkan pemakannya terhalangi dari surga. Diriwayatkan dari Abu Bakr Ash-Shiddiq, dari Nabi n, beliau bersabda “Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.” Shahih Lighairihi, HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath dan Al-Baihaqi, dan sebagian sanadnya hasan. Shahih At-Targhib 2/150 no. 1730 Oleh karenanya, istri para as-salaf ash-shalih para pendahulu kita yang baik bila suaminya keluar dari rumahnya, iapun berpesan “Jauhi olehmu penghasilan yang haram, karena kami mampu bersabar atas rasa lapar tapi kami tak mampu bersabar atas neraka.” Mukhtashar Minhajul Qashidin Tentu mencari yang halal merupakan kewajiban atas setiap muslim, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Qudamah t dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul Qashidin “Ketahuilah bahwa mencari yang halal adalah fardhu atas tiap muslim.” Karena demikianlah perintah Allah l dalam ayat-ayat-Nya dan perintah Rasul n dalam hadits-haditsnya. Di antaranya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” Al-Baqarah 168 As-Sa’di t menafsirkan “Ini adalah pembicaraan yang ditujukan kepada manusia seluruhnya mukmin maupun kafir, bahwa Allah l memberikan karunia-Nya kepada mereka yaitu dengan Allah l perintahkan mereka agar memakan dari seluruh yang ada di muka bumi berupa biji-bijian, buah-buahan, dan hewan-hewan selama keadaannya halal. Yakni, dibolehkan bagi kalian untuk memakannya, bukan dengan cara merampok, mencuri, atau dengan cara transaksi yang haram, atau cara haram yang lain, atau untuk membantu yang haram.” Tafsir As-Sa’di “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” Al-Ma’idah 88 “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” An-Nahl 114 “Hai rasul-rasul, makanlah dari ath-thayyibaat, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Mu’minun 51 Ath-Thayyibaat artinya adalah yang halal. Allah l perintahkan untuk memakan yang halal sebelum beramal. Di samping perintah untuk mencari yang halal, Allah l dan Nabi-Nya n melarang dan memperingatkan kita dari penghasilan yang haram. Allah l berfirman “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.” Al-Baqarah 188 Diriwayatkan dari Abu Hurairah z, Rasulullah n bersabda “Sesungguhnya Allah Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan sungguh Allah l perintahkan mukminin dengan apa yang Allah l perintahkan kepada para Rasul, maka Allah l berfirman Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’ dan berfirman Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.’ Lalu Nabi n menyebutkan seseorang yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya kusut masai, tubuhnya berdebu, ia menengadahkan tangannya ke langit seraya berucap Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, disuapi gizi yang haram, bagaimana mungkin doanya terkabul?” HR. Muslim dan At-Tirmidzi Dari Abdullah bin Amr c, bahwa Rasulullah n bersabda “Empat perkara bila keempatnya ada padamu maka tidak mengapa apa yang terlewatkanmu dari perkara duniawi menjaga amanah, ucapan yang jujur, akhlak yang baik, dan menjaga kehalalan makanan.” Shahih, HR. Ahmad dan Ath-Thabarani dan sanad keduanya hasan, Shahih At-Targhib no. 1718 Ath-Thabarani t juga meriwayatkan dari Abu Thufail dengan lafadz “Barangsiapa mendapatkan harta yang haram lalu ia membebaskan budak darinya dan menyambung silaturrahmi dengannya maka itu tetap menjadi beban atasnya.” Hasan lighairihi. Shahih Targhib, 2/148 no. 1720 Dari Al-Qasim bin Mukhaimirah z ia berkata bahwa Rasulullah n bersabda “Barangsiapa mendapatkan harta dengan cara yang berdosa lalu dengannya ia menyambung silaturrahmi atau bersedekah dengannya atau menginfakkannya di jalan Allah, ia lakukan itu semuanya maka ia akan dilemparkan dengan sebab itu ke neraka jahannam.” Hasan lighairihi, HR. Abu Dawud dalam kitab Al-Marasiil, lihat Shahih At-Targhib, 2/148 no. 1721 Abdullah bin Mas’ud z juga pernah menyampaikan pesan Rasulullah “Hendaklah kalian malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya.” Kami para sahabat berkata “Wahai Nabiyullah, kami punya rasa malu kepada Allah, alhamdulillah.” Beliau berkata “Bukan itu, akan tetapi malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya adalah kamu jaga kepala dan apa yang diliputinya yakni lisan, mata, telinga, kamu jaga isi perutmu yakni dari yang haram dan jaga yang bersambung dengannya, kamu ingat kematian dan kehancuran. Barangsiapa yang menghendaki akhirat tentu dia tinggalkan perhiasan dunia. Siapa saja yang melakukan itu semua, berarti dia telah malu dari Allah dengan sebenar-benarnya.” Hasan lighairihi, HR. At-Tirmidzi, Shahih At-Targhib 2/149 no. 1724. [] Sumber Al-Ustadz Qomar Suaidi/Asy-Syariah
Kajianberikut ini mengupas sedikit contoh hadits-hadits shohih dan juga yang lemah dan palsu seputar mencari rezeki yang halal. Beberapa Hadits Shohih Hadits Pertama: إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فَمِ امْرَأَتِكَ
Penulis Arini Retnaningsih SYARAH HADIS – عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا} وَقَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌوَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ مُسْلِمٌ. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya Allah Taala itu baik thayyib, tidak menerima kecuali yang baik thayyib. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kaum mukminin seperti apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Taala berfirman, Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal saleh.’ QS Al-Mu’minun 51. Dan Allah Taala berfirman, Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu.’ QS. Al-Baqarah 172.’ Kemudian Rasulullah saw. menyebutkan seseorang yang lama bepergian rambutnya kusut, berdebu, dan menengadahkan kedua tangannya ke langit, lantas berkata, Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku.’ Padahal, makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia dikenyangkan dari yang haram, bagaimana mungkin doanya bisa terkabul?” HR Muslim No. 1015 Makanan halal adalah salah satu bagian dari syariat Islam. Nas-nas tentang wajibnya seorang muslim hanya mengonsumsi makanan yang halal adalah nas-nas yang qath’i, bersifat pasti karena bersumber langsung dari Kitabullah, Al-Qur’an. Misalnya firman Allah Swt., يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” QS Al-Baqarah 168 Para ulama umumnya membagi makanan halal ini dari dua aspek, yakni dari cara memperolehnya dan dari zatnya. Bila cara memperolehnya dengan cara halal dan secara zatnya juga halal, status makanan tersebut adalah halal. Halal tidaknya makanan yang dikonsumsi seorang muslim bukan hanya berpengaruh terhadap pahala dan dosa, tetapi juga membawa efek-efek samping lainnya. Rasulullah saw. bersabda, ”Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya.” Riwayat at-Tirmidzi Salah satu yang dipengaruhi oleh kehalalan makanan adalah terkabulnya doa. Hadis riwayat Imam Muslim yang menjadi topik kita di atas, memberikan gambaran bagaimana seorang yang tidak menjaga makanan, minuman, dan pakaiannya dari yang haram, maka Allah tidak akan mengabulkan doanya sekalipun ia terus meminta. Sebaliknya, orang yang menjaga kehalalan makanannya baik dari zat maupun dari mana makanan tersebut diperoleh, Allah akan menjadikan doa-doanya lebih mudah terkabul. Saad bin Abi Waqqash, seorang sahabat yang Rasulullah saw. katakan doanya makbul, pernah ditanya seseorang, “Apa yang membuat doamu mudah dikabulkan dibanding para sahabat Rasulullah saw. lainnya?” “Perbaiki makananmu dan engkau akan menjadi orang yang mustajab, doanya dikabulkan oleh Allah Swt.,” jawab Sa’ad. Imam Ahmad pernah ditanya, apa yang harus dilakukan agar hati mudah menerima kebenaran, maka beliau menjawab, ”Dengan memakan makanan halal.” Hal ini termaktub dalam Thabaqat Al Hanabilah 1/219. Pada masa sekarang, menjaga agar hanya makan makanan yang halal bukanlah persoalan yang mudah. Kondisi perekonomian yang didominasi sistem kapitalisme telah menjadikan kehidupan sulit bagi rakyat yang tidak memiliki akses modal. Sementara yang punya modal, akan menempuh jalan apa pun untuk bisa menguasai akses-akses ekonomi. Tidak sedikit orang menempuh cara-cara haram dalam mencari nafkah. Suap-menyuap, korupsi, dan berbagai kecurangan lain ditempuh, termasuk melakukan tindak kriminal dalam mendapatkan harta. Belum lagi dari sisi zatnya. Tren makanan di masyarakat telah bergeser pada menu-menu kontemporer seperti masakan-masakan asing dari negeri-negeri nonmuslim, dan lebih mendominasinya produk makanan industri. Pergeseran ini membawa konsekuensi. Umumnya menu-menu kontemporer lebih banyak menggunakan bahan-bahan tambahan pangan. Tidak seperti opor atau rendang yang titik kritisnya hanya di masalah kehalalan bahan bakunya, produk-produk kontemporer titik kritisnya hampir merata di seluruh bahan yang digunakan. Sebagai contoh, berbagai jenis masakan Jepang menggunakan sake dan mirin yang merupakan khamar. Berbagai masakan Cina menggunakan angciu, dan masakan Eropa tak sedikit menambahkan wine, brandy, scotch, dan semacamnya. Bahan tambahan yang berfungsi memberikan aroma pada masakan ini dihukumi sebagai khamar atau minuman keras yang diharamkan dalam Islam. Belum lagi bahan-bahan seperti gelatin, pengemulsi, penyedap, dan sebagainya yang banyak diproduksi dari bahan-bahan tidak halal seperti babi, darah, rambut manusia, dan sejenisnya. Kondisi ini membuat kaum muslimin menjadi sulit menjaga makanannya karena kebanyakan pengusaha makanan justru dari kalangan nonmuslim yang tidak peduli masalah halal. Dengan demikian, perlu adanya campur tangan kebijakan negara untuk memastikan bahwa hanya bahan-bahan halal yang boleh dijadikan bahan baku produksi. Semestinya upaya untuk memberikan jaminan halal dalam produksi makanan ini menjadi tugas negara dalam rangka memberikan rasa aman pada umat. Namun sampai sekarang, kepastian halal tersebut belum juga bisa didapat kaum muslimin. Sekalipun UU Jaminan Produk Halal sudah mengamanatkan agar semua produk industri pangan mengacu pada ketentuan halal, dalam praktiknya masih banyak persoalan yang mengganjal penerapannya, sehingga kebijakan halal ini masih sebatas imbauan. Ini sebagaimana yang tercermin saat Kementerian Agama mengajak pengusaha Indonesia untuk dapat mengembangkan produk halal. Ajakan ini disampaikan Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal BPJPH Sukoso saat menjadi narasumber dalam International Webinar on Halal dengan tema “Prospects and Challenges of Halal Industry during the Covid-19 Pandemic”. Semestinya yang dilakukan Pemerintah bukan lagi mengajak, tetapi mewajibkan. Islam telah menggariskan bahwa urusan umat semacam ini adalah tanggung jawab negara sebagai bagian dari perlindungan negara terhadap agama. Rasulullah saw. bersabda terkait dengan tanggung jawab pemimpin negara, “Sesungguhnya imam itu laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya.“ HR Muslim “Imam adalah pengurus dan ia akan diminta pertanggungjawaban terhadap rakyat yang diurusnya.“ HR Muslim dan Ahmad Laits bin Abi Sulaim meriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin Khaththab ra. pernah menulis surat kepada para wali yang memimpin daerah. Khalifah memerintahkan agar mereka membunuh babi dan membayar harganya dengan mengurangi pembayaran jizyah dari nonmuslim Al Amwal, Abu Ubaid hal. 265. Ini dalam rangka melindungi umat dari mengonsumsi dan memperjualbelikan zat yang telah diharamkan. Negara kapitalis yang menjunjung tinggi kebebasan dalam realitasnya tidak akan mampu melaksanakan perlindungan sebagaimana ditetapkan Islam. Negara semacam ini hanya mencari keuntungan dan membisniskan kepentingan warganya. Negara yang akan mampu mengemban amanah ini hanya negara yang berpijak pada penerapan syariat Islam, Khilafah Islamiah. [MNews/Rgl] Sumber Facebook Notice for EU! You need to login to view and post FB Comments!
AMALSHALIH Perspektif Hadis Maudhu'iy Oleh: Asman 1 PENDAHULUAN Keberadaan agama Islam tidak lepas dari dua sumber utama yang menjadi tolak ukur perbedaan, yaitu al -Quran dan segala hal yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW. yang lebih sering disebut sebagai hadis. Al-Quran merupakan sumber pertama dan utama dalam kajian Islam.
√ Kumpulan hadits tentang rezeki √ Diantaranya rezeki yang halal dan berkah, rezeki yang tidak terduga, rezeki yang tidak akan tertukar √ Kunci mendapatkan rezeki yang halal dan berkah √ juga sedikit bahasan tentang jodoh dan ajal. Rezeki menjadi hal yang sering di kaitkan dengan harta benda, memang tidak salah dengan persepsi tersebut, tapi kurang tepat, karena ada beberapa rezeki yang di berikan kepada ALlah tapi kita tidak menganggapnya sebagai rezeki, sehingga kita lalai dari bersyukur atas nikmatnya tersebut. Daftar IsiApa itu Rezeki?Dalil Hadits Tentang RezekiHadits Tentang Rezeki Yang HalalHadits Tentang Rezeki Yang BerkahHadits Tentang Rezeki Yang Tidak TerdugaHadits Tentang Rezeki tidak Akan TertukarHadits Tentang Rezeki, Jodoh dan AjalRezeki Allah Yang MengaturAyat Tentang RezekiRingkasan dari UlamaCari Rezeki Yang Halal SajaBertaqwa dan Tawakal adalah Kunci Rezeki Berkah Apa itu Rezeki? Rezeki adalah semua pemberian dari Allah berupa nikmat hidup, baik lahir berbentuk fisik maupun batin ketenangan batin, dari definisi ini bisa di artikan, mendapatkan harta benda adalah rezeki, mempunyai kesehatan adalah rezeki dan mempunyai hati yang tenang serta qona’ah adalah rezeki. Jadi rezeki tidak melulu tentang harta benda, tapi lebih luas daripada itu mencakup semua nikmat yang Allah karuniakan kepada kita. Lalu banyak pertanyaan tentang rezeki ini, terkait apakah semua makhluknya di berikan rezeki, apakah orang kafir di beri rezeki?, apakah orang yang maksiat di beri rezeki? dan apakah rezeki yang terbaik itu?, semua ins sya Allah akan di jawab dengan hadis nabi yang berbicara tentang rezeki, berikut ulasannya. Banyak hadits yang membicarakan tentang keutamaan rezeki yang halal, tidak akan meninggal orang sampai rezekinya habis, rezeki, jodoh dan ajal sudah menjadi ketetapan Allah sehingga tidak akan tertukar rezeki antar hambanya. Hadits Tentang Rezeki Yang Halal لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ Artinya “Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram“. [HR Bukhari]. إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ Artinya “Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya“. [HR Ahmad dan Ad Darimi]. سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ Artinya “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, lagi banyak memakan yang haram“. [Al Maidah42]. Imam Al Qurthubi mengatakan dalam tafsirnya, bahwa salah satu bentuk memakan makanan yang haram adalah dengan cara menerima suap. Nabi Muhammad sallalahu alaihi wa sallam mewajibkan supaya umatnya mencari harta yang halal. Karena nanti kelak di akhirat, ada dua pertanyaan yang berkaitan dengan harta yang kita niliki, tentang asal harta dan bagaimana memanfaatkannya. Sebagaimana hadits dari Abu Barzah Al Aslami Radhiyallahu anhu, beliau bersabda لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا وَضَعَهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيهِ Artinya “Tidak akan bergeser tapak kaki seorang hamba pada hari Kiamat, sampai ia ditanya tentang empat perkara. Yaitu tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang jasadnya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya darimana ia mendapatkannya dan kemanakah ia meletakkannya, dan tentang ilmunya, apakah yang telah ia amalkan“. [HR At Tirmidzi dan Ad Darimi]. Hadits Tentang Rezeki Yang Berkah سُئِلَ رَسُولُ اللهِ n أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِه،ِ وَكُلُّ كَسْبٍ مَبْرُورٍ Artinya Rasulullah sallalahu alaihi wa sallam ditanya ”Penghasilan apakah yang paling baik?” Beliau menjawab ”Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan semua penghasilan yang mabrur diterima di sisi Allah.” [HR. Al Hakim] الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا Artinya “Orang yang melakukan transaksi jual beli masing-masing memiliki hak khiyar membatalkan atau melanjutkan transaksi selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang”.[HR. Bukhari no. 2079 dan Muslim no. 1532] يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى Artinya “Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya tidak tamak dan tidak mengemis, maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah” [HR. Bukhari] وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ Artinya “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” [QS. Al A’rof 96] Hadits Tentang Rezeki Yang Tidak Terduga ‎وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ Artinya “Barangsiapa yang bertakwa kepada ALLAH nescaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” [ At-Thalaq 2-3]. Hadits Tentang Rezeki tidak Akan Tertukar كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ Artinya “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” [HR. Muslim] Dalam hadits lain disebutkan juga, إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ Artinya “Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan setelah arsy, air dan angin adalah qalam pena, kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata, “Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya.” [HR. Tirmidzi] Hadits Tentang Rezeki, Jodoh dan Ajal نَفَثَ رُوحُ الْقُدُسِ فِي رَوْعِي أَنَّ نفْسًا لَنْ تَخْرُجَ مِنَ الدُّنْيَا حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا، وَتَسْتَوْعِبَ رِزْقَهَا، فَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ، وَلا يَحْمِلَنَّكُمِ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعْصِيَةِ اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ لا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلا بِطَاعَتِهِ”. Artinya “Ruh Kudus Malaikat Jibril membisikkan di dadaku bahwa tidaklah suatu jiwa meninggal dunia sampai disempurnakan baginya ajal dan dipenuhi rezekinya. Oleh karenanya perbaguslah di dalam mencari rezeki. Janganlah ia merasa lambatnya rezeki, menyebabkan ia mencari rezeki tersebut dengan bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya Allah tidak dapat dicapai kecuali dengan mentaati-Nya’” [ Untuk bahasan jodoh dan ajal silahkan anda baca artikel yang sudah kami buat di link berikut Hadits Tentang Jodoh Hadits Tentang Ajal Rezeki Allah Yang Mengatur لاَ تَسْتَبْطِئُوْاالرِّزْقَ, فَإِنَّهُ لَنْ يَمُوْتَ العَبْدُ حَتَّى يَبْلُغَ آخِرَ رِزْقٍ هُوَ لَهُ, فَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ, أَخْذِ الحَلاَلِ وَ تَرْكِ الحَرَامِ Artinya “Janganlah menganggap rezki kalian lambat turun. Sesungguhnya, tidak ada seorang pun meninggalkan dunia ini, melainkan setelah sempurna rezkinya. Carilah rezki dengan cara yang baik dengan mengambil yang halal dan meninggalkan perkara yang haram“. [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Hibban 3239 dan 3241, Al Hakim II/4, Al Baihaqi V/264 dan 265, Abu Nu’aim dalam Al Hilyah III/156-157 dari jalur Muhammad bin Al Munkadir dari Jabir] Ayat Tentang Rezeki {فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ} Artinya “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi untuk mencari rezki dan usaha yang halal dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” QS al-Jumu’ah10. إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا Artinya “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” QS. Al Isra’ 30 ‎وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ Artinya “Tidak ada satu makhluk melata pun yang bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin ALLAH rezekinya.” Hud 6. ‎لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ Artinya “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu.” Ibrahim 7. إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا Artinya “Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta.” Nuh 10-11. ‎وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ Artinya “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak dari hamba sahayamu baik laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, maka ALLAH akan memberikan kecukupan kepada mereka dengan kurnia-Nya.” An-Nur 32. ‎وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ Artinya “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu kerana takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga rezeki bagimu.” Al-Israa’ 31. ‎مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً Artinya “Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada ALLAH, pinjaman yang baik infak; sedekah, maka ALLAH akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipatan yang banyak.” Al-Baqarah 245. هَذَا ذِكْرٌ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآَبٍ 49 جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً لَهُمُ الْأَبْوَابُ 50 مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا بِفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ 51 وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ 52 هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ 53 إِنَّ هَذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهُ مِنْ نَفَادٍ 54 Artinya “Ini adalah kehormatan bagi mereka. Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar disediakan tempat kembali yang baik, yaitu syurga Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka, di dalamnya mereka bertelekan diatas dipan-dipan sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini adalah benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya. “ QS. Shaad 49-54 وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحاً يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقاً Artinya “Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki yang baik kepadanya “ QS. Ath Thalaq11 Ringkasan dari Ulama Berdasarkan hadits tentang rezeki dan juga ayat Al Quran mengenai rizki dapat di simpulkan bahwa rizki terbagi menjadi 2, yaitu rezeki yang bersifat umum dan rezeki yang bersifat khusus. Rezeki yang umum adalah berupa harta dan kesehatan, yang mana semua makhluknya akan di berikan, apakah ia kafir ataupun muslim. Rezeki khusus adalah rezeki berupa iman, islam dan amal sholeh, yang mana rezeki ini hanya di berikan kepada orang muslim saja, dalilnya bisa kita baca dalam AL Quran QS. Shaad 49-54 dan QS. Ath Thalaq11, yang sudah kami tuliskan di atas. Rezeki khusus ini akan Allah berikan kepada mukmin nanti di akhirat berupa surga, dan inilah sebaik-baiknya rezeki yang Allah Karuniakan kepada hambanya. Cari Rezeki Yang Halal Saja Semua yang kita dapatkan berupa harta maupun kesenangan adalah rezeki, baik yang di dapatkan dengan cara haram maupun yang di dapatkan dengan cara halal. Semua harta yang kita dapatkan dan belanjakan selama kita hidup di dunia ini, nanti akan di mintai pertanggung jawaban oleh Allah, jika kita mendapatkan harta haram maka kita akan mendapatkan azab yang pedih. Harta haram akan membuat kita sulit untuk taat kepada Allah dan akan menjerumuskan keluarga kita juga ke dalam kebinasaan, karena Nabi Muhammad Sallalahu alaihi wassalam bersabda dalam salah satu haditsnya bahwa makanan haram yang masuk ke dalam tubuh seorang muslim, maka neraka lebih berhak atasnya. Yang perlu menjadi pertimbangan juga adalah, harta yang kita dapatkan, baik halal maupun haram maka itu sudah di takdir kan untuk kita, artinya jika kita mendapatkan harta dengan cara haram maka memang itulah jatah harta kita yang seharusnya kita dapatkan, kalau begitu kenapa tidak mencari yang halal saja, kalau halal atau haram jumlahnya akan tetap sama. Bertaqwa dan Tawakal adalah Kunci Rezeki Berkah Rezeki yang berkah adalah rezeki atau harta yang membuat kita semakin taat kepada Allah, tentu rezeki yang berkah pasti rezeki yang di dapatkan dengan cara yang baik dan halal. Salah satu cara untuk mendapatkan rezeki yang berkah adalah dengan bertakwa dan tawakal saat mencari rezeki, karena dengan takwa maka Allah akan memberikan jalan keluar dari setiap masalah dan akan memberikan kita rezeki dari arah yang tidak kita sangka. Ingatlah tentang burung yang di kabarkan pergi di pagi hari dengan perut kosong dan kembali di sore hari dengan perut kenyang, ini mengajarkan kepada kita tentang arti tawakal yang benar, yaitu kita berusaha semampu kita dan hasilnya kita serahkan kepada Allah. Yakinlah bahwa rezeki Allah yang mengaturnya, jadi jika sudah di atur dan di tetapkan kadarnya, maka rezeki yang kita dapatkan baik dengan cara halal maupun haram, jumlah dan takarannya tidak akan berubah. Jika kita orang yang berakal tentu akan sangat rugi jika kita mendapatkannya dengan cara haram. Demikian bahasan kali ini mengenai hadits tentang rezeki dan dalil tentang rezeki yang kita dapatkan adalah bagian dari takdir Allah dan juga wajibnya kita mencari rezeki yang halalan thoyibah. Wallahu a’lam.
dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya" Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang bukan cuma halal, tapi juga baik (Halalan Thoyyiban) agar tidak membahayakan tubuh kita.
Jakarta - Makanan dan minuman halal yang masuk ke perut sangat berpengaruh pada banyak hal. Salah satunya yang paling mendasar adalah masalah status dan nilai keimanan kepada Allah SWT berfirmanالَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ ۙ أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ Artinya Yaitu orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang namanya mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya Al Quran, mereka itulah orang-orang yang beruntung. QS. Al-Araf ayat 157.Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam Quran surat Al-Baqarah ayat 168 agar manusia tidak mengikuti langkah setan untuk mengonsumsi makanan yang diharamkan. Sebab, Allah telah memberikan makanan yang halal dan lagi baik di يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌLatin yā ayyuhan-nāsu kulụ mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibaw wa lā tattabi'ụ khuṭuwātisy-syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīnArab Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata SAW bersabda"Siapa saja hamba yang dagingnya tumbuh dari makanan haram, neraka lebih pantas baginya." HR. Tirmidzi.Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadits berikut ini"Dari Abu Hurairah ra, berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah itu suci dan tidak menerima kecuali yang suci. Dan Allah memerintahkan orang mukmin sebagaimana memerintahkan kepada para rasul dalam firman, "Wahai para rasul, makanlah yang baik-baik dan lakukan kesalehan." Dan Allah berfirman, "Wahai orang beriman, makanlah dari rezeki yang kami berikan yang baik-baik." Kemudian Rasulullah SAW menyebut seseorang yang melakukan perjalanan panjang hingga rambutnya kusut dan berdebu, sambil menadahkan tangannya ke langit menyeru, "Ya Tuhan, Ya Tuhan." Sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberikan makan dengan yang haram. Bagaimana dosanya bisa dikabulkan?" HR. Bukhari.Sahabat Hikmah, pastikan kita mengonsumsi makanan dan minuman halal agar doa-doa kita dikabulkan oleh Allah SWT. Simak Video " Akhirnya Kantongi Halal MUI" [GambasVideo 20detik] lus/erd
Barangsiapa yang makan makanan halal selama 40 hari, Allah akan menyinari hatinya dengan mengalirkan mata air hikmah dari hati ke lidahnya" (H.R Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa') Hadits ini disebutkan dalam 'Ihyaa' Uluumuddin. NXPwZhk.
  • 74n9bwlet4.pages.dev/368
  • 74n9bwlet4.pages.dev/564
  • 74n9bwlet4.pages.dev/394
  • 74n9bwlet4.pages.dev/533
  • 74n9bwlet4.pages.dev/499
  • 74n9bwlet4.pages.dev/24
  • 74n9bwlet4.pages.dev/422
  • 74n9bwlet4.pages.dev/424
  • hadits makanlah dari rezeki yang halal